Selamat datang di Kawasan Penyair Sumatera Barat Terima kasih atas kunjungan Anda

Senin, 01 November 2010

Alfikry Ilmi




Lahir di Pariaman, 21 Februari …. Mahasiswa Biologi UNP
Disamping menulis juga gemar membaca, diskusi, nonton film,dan mendengarkan musik
Alamat sekarang : Air Tawar Barat, Padang




Peristiwa

Teruslah menari dan bernyanyi
sebelum peluru memecah keheningan
dan aku melihat tubuh mungil terkapar
dengan timah panas di kening manjamu

Padang. 3 November 2009


Di Pustaka sekolah


Karya-karya sastra sesak napas dalam lemari pengap
lapuk dimakan rayap.
Dikalahkan kepopuleran majalah remaja yang disesaki iklan
tanpa pertanggungjawaban.
Ditindih disiplin keseragaman buku pelajaran.

Di tengah dinding ruang
presiden kertas senyum tanpa beban.

Padang, 25 oktober 2010


Perenungan sebelum Hari Sumpah Pemuda

Sumpah lantang menggema di langit persada
bangunkan lamunan burung Garuda.
Terikralah Bhineka Tunggal Ika.
Mengalir dari mulut barisan pemuda
beragam etnis
beragam rupa.

Tanah yang sama
airnya pun jua.
Bencana datang pergi
asah kepekaan nurani.
Tinggalkan pesan.
Bacalah keadaan.
Jangan sungkan.

Padang, 26 Oktober 2010

*terinspirasi dari sebuah tulisan A Ri Dzki dan keadaan

Sabtu, 04 September 2010

Holy Adibz



Lahir 10 September 1988 di kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat
Mahasiswa Bahasa Inggris STKIP PGRI PADANG
Sangat gemar membaca, menulis, berdiskusi dan nonton film
Puisi-puisinya antara lain :

Pengakuan

Ya Allah, Tuhan pemilik alam
aku bukanlah orang yang beriman
tapi ketika kudengar senandung ayat-ayatmu
tiada yang lebih menyenangkan daripadanya
hatiku tenang dengan ucapan Subhanallah

Ya Allah, Tuhan yang mengatahui segala rahasia
aku orang yang jauh dari makna shaleh
namun tatkala kudengar seruan dari rumahmu
jiwaku merasa terpanggil
datang menghambakan diri kepadamu

Ya Allah, Tuhan yang memberikan kekuatan
aku bukanlah orang yang rajin bersujud
hanyalah beberapa yang fardu saja
tapi sungguh, itulah gumpalan keikhlasanku
tak ada yang kuharap dari do'aku
sekalipun sedikit pahala
cukuplah apa yang kuterima

Ya Allah, satu-satunya Tuhan yang pernah ada
tak banyak yang kutahu tentang perintahmu
namun ketika kutahu satu dari laranganmu
haram bagiku untuk mendekatinya

Ya Allah, Tuhan pengobar keberanian
akulah orang yang pengecut itu
tapi janganlah kudengar suara yang menghina agamamu
ini tubuhku, siap syahid untuk membelanya
jihad dengan menyebut Allahu akbar

Ya Allah, Tuhan yang menggenggam segala kuasa
bukan aku orang yang bersyukur itu
tapi kufurkah namanya bila aku sadar
tak sedikitpun bisa kubalas atas pemberianmu

Ya Allah, Tuhan pencipta keadilan
kulihat buih mengembang di lautan
dan pasir memutih di tepi pantai
sebanyak itulah dosaku padaMu
hukumlah aku dengan keadilan yang adil
agar jiwaku kembali bersih
seperti laut tanpa buih
dan pantai tanpa kotoran

Ya Allah, Tuhan yang maha pemurah
aku tak ingin apa-apa
seperti orang-orang yang mengorbankan sebutir pasir
lalu menuntut segunung pahala sebagai balasan
bila Engkau sudi mengabulkan
matikanlah aku dengan kalimat Lailahaillallah muhammadarrasulullah


Pertanyaan Untuk Tuhan

Tuhan..
jelaskan pada seantero jagat
bagaimana kehidupan ini engkau ciptakan
biar pergi semua tanya
yang datang tiap malam

Tuhan..
kami tak pernah mengerti
salahkah iblis yang mendurhakaimu
atau Adam yang memakan buah surga
setelah sebelumnya engkau tuliskan

Tuhan..
mengapa engkau ciptakan semuanya
bila ini sesuatu yang tabu dipertanyakan
bukankah ini telah ada sebelumnya
sebelum api tunduk pada air
sebelum air tunduk pada angin
sebelum angin tunduk pada musim
dan sebelum semuanya tunduk pada kekuasaanmu


Menjaga Ingatan

Bila kau menjadi layang-layang
jangan lupa dengan pemintal benang
tanpanya kau tak bisa terbang
di hamparan langit luas membentang

jika kau menjadi kejora
yang ditunggu di gulita malam
ingatlah asalmu dari mana
dari matahari tak pernah padam

saat kau menjadi pohon tertinggi
hingga pucuk-pucukmu menghubungkan langit dan bumi
ingatlah tanah yang membesarkanmu
tanpanya kau tak kokoh berdiri
walau badai besar mengguncangmu

ketika larimu terlalu kencang
jangan lupa sebentar berhenti
mengambil nafas dan ancang-ancang
untuk nanti berlanjut kembali

bila kau manjadi raja
dunia dalam genggamanmu
tak seperti matahari kau kuminta
membakar semua yang mencoba mendekatimu


Hukum Dan Keadilan

Jika hendak merasakan keadilan
jadilah orang besar
tak 'kan kau jumpai keadilan sebagai orang kecil

hukum ada hanya untuk tungau
singa tak diadili karna dia raja
manusia menjadikan dirinya binatang
mengangkat kekuatan sebagai kebenaran

hukum diciptakan bagi pencuri telur ayam
tetapi tidak bagi perampok uang negara
dan perampas hak azazi manusia

hukum menjadi penting bagi ketidaksengajaan
menjadi remeh temeh bagi kesalahan besar
harus ada bagi bawahan
dihilangkan bagi atasan

hukum tak jadi hukum bagi pembuatnya
bagi anak-anak dan kerabatnya
hukum ditegakkan bagi orang lain
orang tak dikenal dan jauh

hukum di bumi tak 'kan benar
di manapun, kapan pun dan dari siapa pun
kebenaran di bumi adalah kekuasaan
dan suara paling keras dan banyak

kebenaran tak 'kan berubah salah
walau ditenggelamkan di dasar laut
kesalahan tak 'kan menjadi benar
sekalipun diletakkan di atas langit

kebenaran tetaplah kebenaran
meski dibisikkan seekor semut
kesalahan tetaplah kesalahan
sekalipun mengaum dari mulut singa

April 2009


Di Hari Merdeka

Ini hari merdeka
Tetapi aku merasa terjajah
Di negeri yang aku sebut Indonesia ini

Ini hari merdeka
Tetapi aku lupa warna bendera
Yang akan aku kibarkan di ujung tiang hari ini

Ini hari merdeka
tetapi ada yang dipenjara
karena menyanyikan lagu kemerdekaan

di hari yang merdeka ini
ada suara tangis terdengar perih
dari kubur para pahlawan
dan gubuk reot para veteran
atas jasa-jasa mereka yang dilupakan

ini hari merdeka
kata mereka yang bebas dari penjara
yang tidak mereka rasakan kesunyiannya

aku ingin merdeka
dari segala yang mengikat jiwa dan raga
dari segala bentuk penindasan yang berkuasa
dari segala rasa yang haus akan dahaga

dan aku ingin merdeka
semerdeka darah yang merah membara
semerdeka tulang yang putih tak bernoda
semerdeka kepak sayap garuda di udara

17 agustus 2010


Desaku

Sungguh nikmat hidup di desa
udara dihirup sejuk terasa
cahaya matahari tiadalah menyiksa
cerminan lestari alam raya

duduk berdua di tepi sawah
menunggu padi menghalau burung
sambil bercerita dan bersenandung
segala tawa tumpah ruah

mandi di sungai di kala senja
airnya bersih dingin membelai
tiadalah sampah berserak ramai
tidak sama dengan di kota

lihat gadis berjalan ayu
memakai kerudung dan baju kurung
senyum ramah senangkan hati
manis tanpa permata kalung

nelayan terjaga sebelum matahari
pergi melaut demi anak istri
dihantam ombak berkali-kali
tak pernah takut meski sekali

walau kemana kaki melangkah
surut darahku pulang jualah
sungguh tiada dapat kulupa
segala kenangan saat di desa

2009


Di Ambang Kehancuran

Semesta hijau mengepul hitam
diamuk api tak kenal padam
acuhkan siang atau pun malam
merah menyala manusia hanya diam

hewan menjerit berlari kesakitan
menjelma abu di belantara hutan
lestari berdiri di ambang kepunahan
alami menuju gerbang kehancuran

hewan abadi di lembar ensiklopedia
hutan asri di kanvas pelukis

rimba musnah berganti perkebunan
penuhkan saku adalah keharusan
kenyangkan hasrat perut manusia
biar hijau hangus tak bersisa

2009


Antara Tuhanku Dan Tuhanmu

Tuhanku bukan tuhanmu
Tuhanmu bukanlah tuhanku

Tuhanku tuhanku
Tuhanmu bukan tuhanmu
Sesungguhnya tuhanku tuhanmu

Tuhanku tuhan tuhanmu
Tuhanmu bukan tuhan tuhanku

Tuhanku tuhan tuhanmu
Tuhanmu bukan tuhan tuhanku

Tuhanku tak sama denganku
Tuhanmu serupa denganmu
Tuhanku tak sama denganmu
Tuhanmu serupa denganku

Aku tak mengangkat tuhanku jadi tuhan
tuhanku tuhan sebelum tuhan-tuhan lain menjadi tuhan
kau mengangkat tuhanmu jadi tuhan
setelah tuhanku menciptakan tuhanmu
dan tuhanmu tunduk akan tuhanku
apakah itu yang kau sebut tuhan ?

tuhanku tak menolak menjadi tuhan
tuhanmu tak sudi menjadi tuhan

tuhanku menciptakanku
tuhanmu tak menciptakanmu
tuhankulah yang menciptakanmu
tuhanku tak sama dengan apa pun jua
tuhanmu sama denganku dan denganmu

tuhanku tak lahir sebagaimana aku lahir
tuhanmu lahir seperti kau dan aku dilahirkan

aku tak mungkin bisa menjadi tuhanku
kau mungkin saja bisa menjadi tuhanmu
akupun mungkin saja bisa menjadi tuhanmu
namun kau tak ’kan bisa menjadi tuhanku
dan tuhanmu tak ’kan bisa menjadi tuhanku

tuhanku tak memuja tuhanmu
tuhanmu menyembah tuhanku
siapakah kini yang harus kau sembah ?

tuhanku bicara dengan bahasa tuhan
tuhanmu bicara dalam bahasaku dan bahasamu
tuhanku berkuasa atas tuhanmu
tuhanmu takut akan tuhanku
tak takutkah kau dengan tuhanku ?

aku takut dengan tuhanku
kau takut dengan tuhanmu
aku tak takut dengan tuhanmu

tuhanku adalah tuhan
tuhanku tuhan tuhanmu
sesungguhnya tuhanku tuhanmu jua
dan tuhanmu bukanlah tuhan

aku menyembah tuhan sesungguhnya
kau bukan menyembah tuhan
berhentilah menyembah tuhanmu
dan sembahlah tuhan yang aku sembah
semoga hidupmu selamat
sesungguhnya aku kasihan padamu

27 Oktober 2009

Minggu, 21 Maret 2010

Iggoy El Fitra



(Padang)

Adalah nama pena dari Fitra Yogi, dilahirkan di Padang, 03 Juli 1981, Cerpennya pernah menjadi Juara III dalam sayembara penulisan cerpen se-Sumatera Barat yang diadakan Balai Bahasa Padang (2003), Puisinya menjadi nominasi dan masuk dalam antologi pusisi Sumatera Barat, “Dua Episode Pacar Merah” (2005). Beralamat di Jl. Binuang No 25 Kec Pauh V, Padang. Sampai sekarang masih aktif menulis cerpen dan puisi di media massa daerah seperti Harian Padang Ekpress, Harian Independent Singgalang, Harian Umum Haluan, Mingguan Mimbar Minang, Radar Bogor, Harian Seputar Indonesia, Batam Pos, dll. Bergiat di Komunitas Penulis Fiksi, Ilalang Senja, Padang. Juga baru belajar berorganisasi di Forum Lingkar Pena (FLP) Sumbar. Kini masih melanjutkan Studinya di Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Jepang, Universitas Bung Hatta, Padang. Salah satu puisinya :


Di Sebuah Trotoar

Saya duduk di kaki sendiri. Badan ini gatal. Mungkin kurap. Celana saya bolong pas di resleting hingga kemaluan saya mencuat keluar. Pastinya tak ada. Rambut gimbal. penghuninya kutu, tulang ikan, dan semut api. Taik mata tak bisa tertolong lagi. Badan sangit. Saya menyudut di simpang sebuah trotoar dekat sekolah. Sekitar, anak-anak SD berkeluyuran. Jajan di tempat tukang es limaratusan. Beli sate lokan. Batagor dan goreng-gorengan. Saya seperti batu. Kadang juga dilempari batu sama tukang parkir. Ibu-ibu lewat tutup mata menatap saya. Ada pula yang mengintip sedikit dari celah selaput jarinya. Barangkali mereka orgasme diam-diam. Terutama janda-janda yang mengantar anaknya sekolah. Mereka tak tahu kalau saya ini sebenarnya gagah. Sebenarnya bisa jadi lelaki idaman mereka. Ah, orang-orang edan. Kualatlah mereka yang menyebut saya gila. Pusing, lapar, badan saya masih meringkuk di simpang sebuah trotoar. Ada anak kecilmenjatuhkan roti selainya. Meraung. Si ibu membujuk, lantas dipijaknya roti malang tanpa ampun. Dasar orang gila, menyia-nyiakan apa saja. Roti itu saya comot, saya oleskan ketumpahan jus alpukat. Hmm, saya pikir mereka memubazirkan makanan lezat.


Padang, 24 Desember 2005

Ragdi F. Daye


(Padang)

Lahir di Solok Sumatera Barat, 11 September 1981 dengan nama asli Ade Efdira. Kesunyian ladang membuatnya mencintai kata-kata dan pena. Menamatkan pendidikan dasar hingga menengah di kota kelahiran, dan tahun 2005 lulus dari Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang. Sejunmlah tulisannya pernah dimuat di berbagai media seperti Singgalang, Padang Ekpres, Haluan, Mimbar Minang, Annida, Aulia, Minggu Pagi dan sejumlah media kampus. Pernah beberapa kali memenangkan lomba penulisan cerpen dan puisi, seperti Juara II Lomba Menulis Cerpen tingkat nasional majalah Annida (1999), Terbaik Lomba Cipta Cerpen Gravitasi Fakultas Sastra Unand (2001), Juara III Sayembara Penulisan Puisi Dewan Kesenian Sumatera Barat (2005), Juara III Lomba Menulis Cerpen Yasmin Akbar Fakultas Sastra Unand (2005), Juara Harapan I Lomba Menulis Puisi Online V tingkat Sumatra, dan Juara I Lomba Menulis Cerpen Sastra Harian Singgalang (2005). Bergiat di beberapa kelompok diskusi sastra dan kepenulisan, seperti Forum Lingkar Pena (FLP) Sumbar sebagai ketua, dan Komunitas Ilalang Senja, Padang. Salah satu puisinya :

Sungai Ibu

Sungai dalam dirimu yang menghayutkan perahu
tanah, air, dan sehelai takdir mengalir lepas
Waktu menderas seperti terhempas
Elang-elang memekik, seruling kecemasan mengertip
berlumut berbatu
Terbaca sebagai paleograf tentang kabar
Orang-orang meretas jalan kembali
Orang-orang menyuling darah
Sungai dalam dirimu menempuh gelap benua
Di tepinya anak-anak berkecimpungan menyelam
Sejarah yang dialirkan sepanjang Nil, Huang Ho
Eufrat, Gangga, Kamar, atau Kapuas
Adalah rahimmu yang membersihkan sungai-sungai ke muara
Kehidupan datang peradaban lahir digantikan
Peperangan penaklukan

Ibu, darah dan tuba menjadi keruh di sungaimu
Sampai ke hilir benua. Bukan Habil bukan Kabil
perahu ini dipecahkan dihanyutkan
Atas riak yang menjadi lidah gelombang
Melumpur pori-porimu
Menghempas takdir di tepi.


(Padang, Mei 2005)

Condra Antoni



(Padang Sumbar)

Lahir di Kabun, 13 Agustus 1983. Sekarang menempuh pendidikan Sastra Inggris di Universitas Andalas Padang, Sumbar. Di samping kegiatan akademis, penulis juga bergiat di UKJ Yasmin Akbar, sebuah komunitas diskusi di bawah naungan Fakultas sastra Unad. Menulis puisi di harian lokal Singgalang. Dua puisinya (Ini Memang Cerita Cinta dan Perkamen Untuk Ibu) tergabung dalam antologi bersama penyair Sumbar (2005) ; “Dua Episode Pacar Merah.” Salah satu puisi:

Variasi Atas Cinta Zulaikha


Aku, perempuan yang datang dari hening hanya ingin berbagi padamu,
pada pangeran yang turun dari bumi membawa separuh paras Tuhan
dimanakah dosa, ketika yang ku tahu hanya putih gamismu
hanya pucat pasi bahasa hati

sekeruh cinta yang mengering dalam rerimbun utruj
wanita yang lain, yang hidup dalam kemegahan para al-aziz
menjadikan aku perempuan, sebagaimana Hawa,
sumber petaka para lelaki

kerena mereka menatap peradaban tidak dari basah rindu yang kupunya
kelelakianmu mencampakkan aku ke tepi panggung sejarah tentang kelembutan
tapi matamu, tiada sesiapa yang tak mengerti akan rindu yang sama
jarak yang meradang
adalah deru ayat-ayat Kasih yang memilih menerpa wajahmu
lalu tandaslah aku pada garis tangan yang telah ditahbiskan

Padang, Mei 2005